- Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak, atau kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya..
- Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina.
A. Sistem Reproduksi Pria/ Jantan : meliputi organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon-hormon pada pria
1. Organ reproduksi / alat-alat kelamin pria, terdiri dari organ reproduksi luar dan dalam
1.1. Organ Reproduksi Dalam terdiri dari testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris
a. Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang , terletak didalam skrotum (kantung pelir) , dan banyak terdapat saluran halus
yang disebut tubulus seminiferus. Fungsi sebagai tempat menproduksi sperma dan hormon testosteron
b. Saluran pengeluaran, terdiri dari :
- Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari testis. Berfungsi
untuk menyimpan sperma sementara dan mematangkan sperma.
- Vas deferens merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan
berujung di kelenjar prostat. Berfungsi untuk mengangkut sperma menuju vesikula
seminalis/ kantung semen atau mani.
- Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek dan menghubungkan vesikula
seminalis dengan urethra.
- Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di
penis. Berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih
c. Kelenjar asesoris
- Vesikula seminalis : merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan
kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya
akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam
dalam saluran reproduksi wanita
- Kelenjar Prostat : merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang
bersifat asam.
- Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra : merupakan kelenjar yang menghasilkan getah
berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam
saluran urethra.
1.2. Organ Reproduksi Luar, terdiri dari penis dan skrotum
- Pada penis terdapat uretra yang dikelilingi oleh jaringan erektil, yaitu rongga-rongga yang banyak mengandung pembuluh darah dan ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah, sehingga penis menjadi tegang dan mengembang ( ereksi)
- Skrotum (kantung pelir), berjumlah sepasang , terdapat testis, untuk alat pembentukan sperma
- Spermatognesis merupakan proses pembentukan sperma
- Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.
- Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
- Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
- Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
- Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
- Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
- tahap-tahap spermatogenesis :
- Pada tahap pertama , spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
- Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
- Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
- Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
- Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
- Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan).
- Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
- Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
- Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
- Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma.
- Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut acrosom.
- Acrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
- Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma.
- Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
- Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
3. Hormon pada Pria
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
- Testoteron :Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
- LH (Luteinizing Hormone): LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron
- FSH (Follicle Stimulating Hormone) :FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli.
Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
- Estrogen :Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus.
Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
- Hormon Pertumbuhan : Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
B. Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
1. Organ Reproduksi : terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
1.1. Organ reproduksi dalam : terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (oviduk, uterus ,vagina)
Perhatikan dan pelajari gambar di bawah ini !
a. Ovarium (indung telur)
- Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 - 4 cm.
- Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang.
- Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari.
- Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
- Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
b. Oviduk
- Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm.
- Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum.
- Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae).
- Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
- Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk.
- Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
c. Uterus
- Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim).
- Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.
- Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.
- Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus.
- Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
- Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
d. Vagina
- Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita.
- Vagina bermuara pada vulva.
- Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat.
- Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual.
- Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin.
- Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
1.2. Organ Reproduksi Luar
- Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.
- Vulva merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita.
- Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak menandung jaringan lemak.
- Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut.
- Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah sepasang.
Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang juga berjumlah sepasang.
- Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk melindungi vagina.
Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
- Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria.
- Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa.
Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
- Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina).
Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara.
- Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
2. OOgenesis
- Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium.
- Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
- Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
- Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
- Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan.
- Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis.
- Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas.
- Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
- Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer.
- Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja.
Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
- Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya.
- Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya.
- Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
- Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
- Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi.
- Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi.
- Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder).
- Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua.
- Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
- Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur.
- Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum.
- Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit.
- Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
- Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.
- Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder.
- Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier.
- Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).
- Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
3. Hormon pada Wanita
- Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.
- Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
4. Siklus Menstruasi
- Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan atau luruhnya dinding rahim (endometrium).
- Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma.
- Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
- Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium.
- Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
- Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi.
- Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi.
- Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi.
- Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi,
fase pra-ovulasi,
fase ovulasi
fase pasca-ovulasi.
a. Fase menstruasi
- terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
- Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium).
- Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.
Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi.
- Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari.
- Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
b. Fase pra-ovulasi
- Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.
- Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
- Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
- Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
- Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
- Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersipat basa.
- Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
c. Fase ovulasi
- Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
- Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
- Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.
- LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
- Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma.
- Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
d. Fase pasca-ovulasi
- Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
- Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
- Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
- Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
- Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
- Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
- Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan.
- Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
- Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
5. Fertilisasi
- Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid.
- Tempat terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro).
- Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
- Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
- Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.
- Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.
- Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
- Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
- Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
-
hialuronidase : Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
-
akrosin : Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
-
antifertilizin : Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
- Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
- fungsi fertilizin :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
- Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekundermengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
- Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
- Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi.
- Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
6.
Gestasi (Kehamilan)
- Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus.
- Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali.
- Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.
- Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit.
Tahap ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol).
- Perkembangan tersebut melalui pola dasar tertentu yang dapat dibagi beberapa tahap, morula, blastula, gastrula .
- Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
- Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus.
- Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait.
- Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.
- Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
- Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
- Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus.
- Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
- Macam-macam membran kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Sakus vitelinus
- Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit).
- Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio.
- Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
b. Korion
- Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio.
- Korion membentuk vili korion (jonjot- jonjot) di dalam endometrium.
- Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus.
- Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta
- Plasenta berfungsi sebagai tempat penyaluran makanan, O2 dan CO2 antara ibu dan anak
bersambung....
Daftar rujukan :
1. http://blog.uad.ac.id/fitriya/2011/12/30/sistem-reproduksi-manusia/
2. http://biologigonz.blogspot.com/2010/08/rangkuman-reproduksi.html
3.http://bioedulima.blogspot.com/2013/04/fertilisasi-pada-manusia.html